Senopati

Senopati

Sabtu, 21 Mei 2016

We laughed, we cried, but we'll never say good-bye

We laughed, we cried, but we'll never say good-bye. – Anonymous
                                                                 Mirna*)



Memang tidak ada kata yang bisa menggambarkan persahabatan kami, namun kutipan di atas bisa cukup mewakili apa yang kami lalui....
                Senopati adalah nama Korp angkatan 2015 di PMII  Rayon Humaniora Park. Korp yang beranggotakan 89 orang ini pertama kali terbentuk setelah kami melalui masa-masa Pelatihan Kader Dasar (PKD) yang wajib diikuti segenap calon kader di PMII. Setelah mendaftarkan diri untuk mengikuti kegiatan PKD akhirnya tibalah hari yang ditentukan, tepatnya tanggal 11 September 2015. Di hari itu kami berkumpul di depan Gedung Multi Purpose UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta sebelum berangkat menuju ke tempat PKD.
                Sekitar pukul 3 sore bus yang kami tumpangi berangkat menuju ke Pondok Pesantren Al-Qodir di Cangkringan. Awalnya sebagian besar dari kami tidak saling kenal, kami juga berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda. Namun seperti sudah ditakdirkan untuk bersama, kami dipertemukan di momen ini, momen yang akan menjadikan kami sebuah “keluarga”.
                Kesamaan nasib yang kami miliki (sama-sama calon kader dan peserta PKD) mulai menumbuhkan kedekatan di antara kami. Selama 5 hari kami menjalani aktifitas di Pondok Pesantren Al-Qodir Cangkringan. Disana kami dibekali dengan materi-materi seputar pergerakan, mulai dari materi tentang analisis diri, Nilai dasar Pergerakan hingga ke-PMII an. Kami juga harus tidur bersama dalam satu ruangan (tentu saja laki-laki dan perempuan terpisah ruangan), mengantri untuk mandi di kamar mandi yang sama, sholat berjamaah, saling menjaga dan membantu ketika ada yang sakit, juga “terpaksa” harus makan dengan lauk yang sekedarnya yang itu pun harus dibagi dengan sahabat-sahabat lain. Selama PKD pula kami mendapatkan “ujian” yang tak terduga.
`               Salah satu “ujian” yang harus kami hadapi selama menjalani PKD adalah munculnya DJ. Hahaha tentu saja DJ yang dimaksud disini bukanlah DJ yang biasa memainkan musik, DJ adalah singkatan dari Dewan Jenderal. Sekelompok orang yang “katanya” dikriimkan dari PMII pusat untuk mengatur jalannya PKD dan menentukan sukses atau tidaknya PKD yang kami jalani agar kami bisa di baiat menjadi kader PMII. Bagi kami kala itu, DJ bagaikan mimpi buruk(?). pasalnya, setiap pagi dan malam kami harus apel bersama DJ di sebuah lapangan tanpa didampingi panitia. Dan para DJ tersebut seolah-olah selalu mencari-cari kesalahan kami.
Menjelang akhir PKD, DJ tiba-tiba mengatakan kalau PKD yng telah kami jalani selama beberapa hari gagal dan kami tidak akan di baiat. Padahal, menurut kami, kami tidak melakukan kesalahan yang berarti. Dan kami akhirnya menyusun berbagai rencana untuk melawan ketidakadilan yang kami rasakan tersebut. Singkat cerita, kami menyusun strategi perlawanan, mulai dari apel dengan kondisi para perempuan yang mengenakan lipstik berwarna merah menyala (yang kami lakukan karena tidak terima dibilang hanya bisa berdandan) hingga strategi menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh para DJ.
Di hari terakhir dan apel terakhir yang kami lakukan bersama para DJ, akhirnya kami menjalankan rencana yang telah kami susun. Akan tetapi... banyak yang justru terpancing emosi dan sempat terjadi chaos di antara kami dan DJ. Lalu di tengah kerusuhan yang terjadi tiba-tiba panitia menyanyikan lagu Darah Juang dan bebrapa DJ mulai tertawa. Ternyata segala bentuk perlakuan DJ tersebut hanyalah settingan!
Setelah apa yang kami lalui tersebut.. akhirnya tibalah saat pembaiatan. Dini hari, terbalut dinginnya udara Cangkringan, bertemankan keheningan dan kegelapan malam kami berjalan menuju lokasi pembaiatan dengan bimbingan cahaya lilin yang temaram. Masa-masa yang telah kami lalui akhirnya mengantarkan kami kepada momen “sakral” bernama pembaiatan. Langit malam cangkringan yang bertabur bintang kala itu menjadi saksi bisu pembaiatan kami. Dan berpengan tanganlah kami sebagai simbol terikatnya sebuah jalinan sebagai penutup PKD kali ini....
Terakhir, sebelum kembali ke tempat tinggal masing-masing kami berkumpul untuk menentukan ketua korp dan nama korp angkatan 2015. Dan setelah melalui musyawarah terpilihlah sahabat Arif Mansyah menjadi ketua korp kami, dan korp kami kemudian diberi nama SENOPATI (Semangat Nasionalisme Pemuda Taqwa dan Beriman). Senopati hanyalah sebuah nama, nama dari ikatan “keluarga” yang terbentuk setelah melalui berbagai suka dan duka. Kami pernah tertawa bersama, kami pernah menangis bersama, tapi tak ada kata perpisahan diantara kita. Karena dalam keluarga tak ada istilah “mantan”. Selamanya, sejauh apapun nanti kita akan terpisah kita akan tetap menjadi sebuah keluarga, keluarga SENOPATI.

Salam Pergerakan!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar