We laughed, we cried, but we'll
never say good-bye. – Anonymous
Mirna*)
Memang tidak ada kata yang bisa menggambarkan persahabatan kami, namun kutipan di atas bisa cukup mewakili apa yang kami lalui....
Senopati
adalah nama Korp angkatan 2015 di PMII
Rayon Humaniora Park. Korp yang beranggotakan 89 orang ini pertama kali
terbentuk setelah kami melalui masa-masa Pelatihan Kader Dasar (PKD) yang wajib
diikuti segenap calon kader di PMII. Setelah mendaftarkan diri untuk mengikuti
kegiatan PKD akhirnya tibalah hari yang ditentukan, tepatnya tanggal 11
September 2015. Di hari itu kami berkumpul di depan Gedung Multi Purpose UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta sebelum berangkat menuju ke tempat PKD.
Sekitar
pukul 3 sore bus yang kami tumpangi berangkat menuju ke Pondok Pesantren
Al-Qodir di Cangkringan. Awalnya sebagian besar dari kami tidak saling kenal,
kami juga berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda. Namun seperti
sudah ditakdirkan untuk bersama, kami dipertemukan di momen ini, momen yang
akan menjadikan kami sebuah “keluarga”.
Kesamaan
nasib yang kami miliki (sama-sama calon kader dan peserta PKD) mulai
menumbuhkan kedekatan di antara kami. Selama 5 hari kami menjalani aktifitas di
Pondok Pesantren Al-Qodir Cangkringan. Disana kami dibekali dengan
materi-materi seputar pergerakan, mulai dari materi tentang analisis diri, Nilai
dasar Pergerakan hingga ke-PMII an. Kami juga harus tidur bersama dalam satu
ruangan (tentu saja laki-laki dan perempuan terpisah ruangan), mengantri untuk
mandi di kamar mandi yang sama, sholat berjamaah, saling menjaga dan membantu
ketika ada yang sakit, juga “terpaksa” harus makan dengan lauk yang sekedarnya
yang itu pun harus dibagi dengan sahabat-sahabat lain. Selama PKD pula kami
mendapatkan “ujian” yang tak terduga.
` Salah
satu “ujian” yang harus kami hadapi selama menjalani PKD adalah munculnya DJ. Hahaha
tentu saja DJ yang dimaksud disini bukanlah DJ yang biasa memainkan musik, DJ adalah
singkatan dari Dewan Jenderal. Sekelompok orang yang “katanya” dikriimkan dari
PMII pusat untuk mengatur jalannya PKD dan menentukan sukses atau tidaknya PKD
yang kami jalani agar kami bisa di baiat menjadi kader PMII. Bagi kami kala
itu, DJ bagaikan mimpi buruk(?). pasalnya, setiap pagi dan malam kami harus
apel bersama DJ di sebuah lapangan tanpa didampingi panitia. Dan para DJ
tersebut seolah-olah selalu mencari-cari kesalahan kami.
Menjelang akhir PKD, DJ tiba-tiba
mengatakan kalau PKD yng telah kami jalani selama beberapa hari gagal dan kami
tidak akan di baiat. Padahal, menurut kami, kami tidak melakukan kesalahan yang
berarti. Dan kami akhirnya menyusun berbagai rencana untuk melawan
ketidakadilan yang kami rasakan tersebut. Singkat cerita, kami menyusun
strategi perlawanan, mulai dari apel dengan kondisi para perempuan yang
mengenakan lipstik berwarna merah menyala (yang kami lakukan karena tidak
terima dibilang hanya bisa berdandan) hingga strategi menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh para DJ.
Di hari terakhir dan apel
terakhir yang kami lakukan bersama para DJ, akhirnya kami menjalankan rencana
yang telah kami susun. Akan tetapi... banyak yang justru terpancing emosi dan
sempat terjadi chaos di antara kami
dan DJ. Lalu di tengah kerusuhan yang terjadi tiba-tiba panitia menyanyikan
lagu Darah Juang dan bebrapa DJ mulai tertawa. Ternyata segala bentuk perlakuan
DJ tersebut hanyalah settingan!
Setelah apa yang kami lalui
tersebut.. akhirnya tibalah saat pembaiatan. Dini hari, terbalut dinginnya
udara Cangkringan, bertemankan keheningan dan kegelapan malam kami berjalan
menuju lokasi pembaiatan dengan bimbingan cahaya lilin yang temaram. Masa-masa
yang telah kami lalui akhirnya mengantarkan kami kepada momen “sakral” bernama
pembaiatan. Langit malam cangkringan yang bertabur bintang kala itu menjadi
saksi bisu pembaiatan kami. Dan berpengan tanganlah kami sebagai simbol
terikatnya sebuah jalinan sebagai penutup PKD kali ini....
Terakhir, sebelum kembali ke
tempat tinggal masing-masing kami berkumpul untuk menentukan ketua korp dan
nama korp angkatan 2015. Dan setelah melalui musyawarah terpilihlah sahabat
Arif Mansyah menjadi ketua korp kami, dan korp kami kemudian diberi nama
SENOPATI (Semangat Nasionalisme Pemuda Taqwa dan Beriman). Senopati hanyalah
sebuah nama, nama dari ikatan “keluarga” yang terbentuk setelah melalui
berbagai suka dan duka. Kami pernah tertawa bersama, kami pernah menangis
bersama, tapi tak ada kata perpisahan diantara kita. Karena dalam keluarga tak
ada istilah “mantan”. Selamanya, sejauh apapun nanti kita akan terpisah kita
akan tetap menjadi sebuah keluarga, keluarga SENOPATI.
Salam Pergerakan!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar