BAPER !!!
Cerpen By: Istiqomah*)
“Ada
yang mau aku omongin sama kamu” sambil duduk dan menatap wajah wanita didepannya.
“Kamu
mau ngomong apa kayak serius banget ? “ menyusul duduk disampingnya.
“Ada
hal aneh gak?. atau kamu ngerasa bosan gak?” dengan nada sedikit keraguan si cowok terus ingin melanjutkan percakapan.
“Kamu
kok tiba-tiba aneh si dan kamu kok tanya nya gitu?” si cewek mulai bingung
dengan tingkah si cowok dengan segala pertanyaan yang seakan ada petir didalam
hatinya
*Apa yang sebenerrya
mau dia omongin si?. kenapa
tiba-tiba ada perasaan sedih dan takut*
Batinnya yang tak terdengar ditelinga dan tak sampai menyentuh batin
sicowok.
“Aku
.... “
Kata-katanya
mulai terbata-bata seolah-olah tak mampu harus mengatakan kata pedih dan menyesakkan batin itu
“Aku
tahu kegundahan yang kamu rasakan, aku tahu apa yang yang ingin kamu katakan”. Bak seorang peramal sicewek dengan tepat membidik
jawaban itu .
“Bukan alasan
tak cinta atau bahkan ada cewek lain
yang singgah dihatiku”. Seolah takut melukai hatinya sicowok pun dengan
kata-kata lirih membuat pembelaan.
Tak mampu
menahan tangis, air mata itu memaksa jatuh dipipi putihnya, sambil menahan
perih yang bak hati yang teriris pilu.
“sayang, sungguh
bukan maksud ku melukai hatimu atau bahkan membuat mu menangis seperti ini, aku sungguh menyanyangimu dan mencintaimu “
“Tapi ...”
sambung sicewek seolah dia tau ada makna dibalik kata sayang dan cinta
*Tuhan apa aku mampu mengatakan kata-kata perih yang sungguh
melukai batin kami*
Seolah berpikir
ulang apakah ia akan
meneruskan kata-katanya atau akan menghentikan dan menggantung begitu saja.
“Jawab ardi,
jangan hanya diam saja”.
Perkataan si cewek yang yang seolah membuyarkan lamunan bening ardi.
***
Lambat-lambat
terdengar suara yang tak terlalu jelas ditelinga, mata ngantuk dan lelah yang menyelimuti membuat mata enggan
melihat alam sekitar.
“Ayo bangun, ayo
pada bangun cepet ayo”. Suara cewek seorang PJ
kamar
seolah tak
mengerti keadaan, kenapa selarut ini harus membangunkan orang yang asyik dengan
mimpi-mimpinya
Dengan mata yang
masih enggan terbuka, dan udara dingin
yang menusuk tulang, kami harus keluar dan berkumpul di depan masjid. Sedikit arahan kami disuruh masuk kedalamnya. Dengan dengungan
dzikir yang tak henti-henti seolah mulut kami tak boleh berhenti melantunkan
ucapakan istighfar penebus dosa. Satu persatu
diantara kami di panggil entah apa yang akan dilakukan atau apa yang
harus kami lakukan seolah tak terlintas di fikiran ku. Karena, aku tak bisa
berfikir dengan rasa ngantuk ini.
“Dek, ikut saya”.
Suara itu membangunkan ku dari tidur nyaman ku beberapa detik yang lalu.
“Kemana kak?”. tanya ku.
Tanpa jawaban hanya dengan isyarat untuk mengikutinya, tanpa
kurang rasa hormat aku mengikutinya keluar masjid.
Dua orang bak
malaikat maut dengan wajah yang serem memberikan instruksi untuk membasuh
wajahku dengan air bunga yang wangi, orang menyebutnya dengan kemenyan, hanya pesan
singkat sebagai salam pembuka
“Dek kamu jalan
terus ikuti lilin dan jangan menengok kebelakang “
Hanya berbekal
keberanian dan nekat aku
berjalan dan berjalan tanpa ku hiraukan apa yang akan terjadi padaku, aku hanya
berdoa semoga baik-baik saja .
***
Entah dimana kita ini, dikumpulkan dengan berbagai
macam suara, dengan mata tertutup sleyer dan tangan saling menggenggam satu sama lain kami
dibaiat hinga resmilah kami masuk dan sah menjadi anggota pergerakan.
Bukan komunitas,
bukan kelompok, bukan ikatan,
tapi pergerakan. Bergerak sebagai mahasiswa yang selalu digembar-gemborkan
dengan agent of change yang sampai
sekarang entah kemana agent of change
ini. Mahasiswa bukan siswa, bukan anak kecil tak tau apa-apa dan tunduk pada otoritas yang
membungkam mulut mahasiswa. Saatnya bangkit dengan perubahan-perubahan tak
hanya ramai diperbincangkan tanpa bukti nyata. Setidaknya itu kata-kata keren
yang kukutip.
Cium bendera dan
tanda tangan banner cukup sudah ritual pembaitan ini, kami berasa lepas dari DJ
yang harus kami apeli setiap pagi dan dengan
kata-kata bising yang disertai sumpah serapah membuat kuping kami panas.
Kemas-kemas dan
pulang serta kasur hangat yang sudah menunggu di petak kamar kos. Jemputan
sudah datang mari pulang
***
Rayon Humaniora
Park, markas dengan para
pembesar-pembesarnya
Ini kumpul
perdana kami, isinya perkenalan dan sharing seasion.
“Perkenalkan
saya Ardi ardiantoro, Prodi Ikom asal Bandung”.
Suara salah satu
anggota senopati yang kece ini, kemudian tiba giliran ku memperkenalkan diri.
“Saya Vina Vania Prodi Psikologi asal Malang”.
Selesai perkenalan kami dengan
kritis dan belajar kritis mengomentari dan berdiskusi menegenai apa saja yang
menjadi keganjalan di benak dan pikiran kami. Begitu kucinta Rayon kecil
yang tak bersih ini, keluarga baru yang pas untukku.
“ Kamu vani dari
malang ya?”. Tanya seorang cowok yang duduk disebelahku.
“Iya vani bisa
vina bisa “ jawabku dengan ramah
“Sahabat-sahabat,
tolong diisi ya nomor telepon kalian
buat bikin grup senopati” ucap salah seorang sahabat yang membatasi perkenalan
kami.
***
Deklarasi sudah, makrab sudah, menjadikan
hubungan antar anggota senopati saling akrab dan mengenal begitupun dengan ku
dan ardi
Dia cowok yang
baik dan perhatian padaku, banyak kisah
kami dan kebersamaan kami yang tak mudah dilupakan, karena dia prodi ikom tak
jarang dia sering mengajakku hunting berita untuk tugas kompasiananya. Meski
aku anak psikologi yang disbukkan dengan makul bio psikologi. anak ikom pun
banyak mengeluh tugas wajib kompasiannya yang harus tembus 400 poin. Alasan
itulah yang membuat ku semakin sering bersama ardi, bahkan mahkluk Rayon pun
sudah mencuigai gerak-gerik kami bahkan tak jarang mereka bilang kami terlibat
cinta lokasi (Cinlok). Aku pun terus saja menyangkal dan mengatakan kami hanya
sekedar teman baik dan sahabat organisasi
Tapi tak kusangka bahwa aku memiliki segenggam harapan untuk celah hatiku.
***
Dua bulan kisah
pertemanan kami berujung pada pernyataan cinta ardi padaku.......
Ditaman yang cukup indah dan dipenuhi bunga dia mengajak ku untuk duduk di kursi taman yang indah, tampat wajah grogi yang sejak tadi juga kurasakan
Ditaman yang cukup indah dan dipenuhi bunga dia mengajak ku untuk duduk di kursi taman yang indah, tampat wajah grogi yang sejak tadi juga kurasakan
“Vin, ada yang
ingin kukatakan padamu”. Awal pembiacaraan membuka keheningan yang sudah sejak
tadi.
“Kamu mau bilang
apa di?”. tanyaku balik
“Aku... aku
sayang padamu. Bukan sayang yang hanya
sekedar teman dan sahabat, sayang yang ingin kumiliki dirimu”.
Pernyataan ardi
yang kuinginkan selama ini rasanya ingin meloncat kegirangan dan ingin kuteriak
sekencang-kencangnya. Memang ini yang ku mau dari ardi, pernyataan cinta. Ya
status baru buat kami ketika kujawab iya
“Iya di, aku
juga sayang sama kamu”. Jawaban yang sama-sama diinginkan dari kedua belah
pihak
***
Dua minggu sudah
kami jadi sepasang kekasih. Hampir semua warga Rayon dan teman-teman kami tahu, kami jadi sering kemana-mana berdua. Kegiatan yang ada ardi akupun ada. Dan aku selalu
asyik dengan ardi hingga aku kadang jarang
bergaul dengan teman-teman yang lain.
Duniaku terlalu
asyik dan hanya dipenuhi ardi seakan aku tak bisa tanpa ardi hingga kulupa apa arti pergerakan yang
sungguh syarat makna. Rayon jadi tempat kedua ku bertemu dengan ardi karena
dikampus kami sering berbenturan jadwal kuliah yang membuat kami jarang bertemu
Hinga suatu
ketika kulihat ardi berboncengan dengan teman senopati membuat api cemburu yang tak kusangka akan jadi boomerang pada akhirnya.
“Ardi kamu tadi
pergi sama ani kemana?. kenapa kamu gak bilang sama aku?”.
Tanya ku ketika
dirayon sore itu.
“Aku hanya pergi
mengantarkan ani untuk membeli perlengkapan Rayon”. Jawabnya membela diri.
“Aku gak suka
kamu boncengan sama cewek lain apalagi gak minta ijin aku”. Bantahku dengan
nada kesal.
“Udahlah aku gak
mau bahas kamu jangan terlalu over kaya gini, Cuma
masalah kecil juga”. jawab ardi dengan nada tak kalah kesal dan ngeloyor pergi begitu saja meninggalkan
vina.
***
Minggu ketiga
hubungan kami semakin memburuk hingga aku malas pergi kerayon, diskusi pun tak
pernah ku ikuti hingga muncul penyesalan ikut Pergerakan ini, karena satu
alasan yakni rasa cemburu dan kesalku pada ardi yang tak lekas peka. Hari-hariku
mulai kacau, fikiran-fikiran buruk mulai menghantuiku.
“Apa yang dilakukan ardi?. selingkuhkah?. mesra-mesraan dengan cewek lain kah?”.
Tuhan sudah tak
tahan aku terus seperti ini sudah lelah aku tuhan , keluhku pada tuhan yang
selalu ku adui dengan masalah cinta yang seharusnya malu aku mengatakannya.
“Tuit-tuit”.
Nada hpku tiba-tiba berbunyi.
“Sayang, bisa
datang ke Rayon. Please .....J”. Pesan dari ardi yang sudah 2 hari tak kasih
kabar padaku
Dengan malas aku
siap-siap dan meluncur ke Rayon tanpa
kubalas sms tersebut.
***
“Aku merasa kita
semakin jauh dan kadang bertengkar hanya rasa cemburu diantara kita. Kita jadi
lupa apa yang kita inginkan dan tugas kita sebagai anak pergerakan. Kadang hanya
kerena masalah hati, kita gak mau pergi ke Rayon untuk diskusi atau follow up materi. Kita jadi manusia egois yang
hanya ada aku dan kamu. Kita lupa bahwa kita punya keluarga yang harus kita
hargai dan cintai keberadaanya. Ada rasa cemburu yang
merusak pertemanan dengan yang lain. Aku yakin kamu juga pernah berfikir begitu,
aku sayang sama kamu tapi ternyata aku salah mengartikannya aku terlalu cepat
memutuskan untuk ingin memilikimu.
Tanpa kusadar
aku banyak kehilangan moment berharga kita. Kita terlalu baper dan terjebak dengan
cinta sesaat”. Berhenti sejenak.
“Iya aku juga
ngerasa begitu tapi tak biasakah kita perbaiki dan memepertahankan hubungan kita?”.
Aku sayang sama kamu, aku gak ingin kehilnganmu”. Dengan
sedikit kecewa vina mengatakan dengan sedikit terbata-bata.
“Kita akan tetap
seperti ini jika kita melanjutkan hubungan kita. Kita tak cukup dewasa untuk membagi waktu kita,
organisasi, kuliah dan cinta. Tanpa pacaran kita tetap bisa bersahabat dan
berteman baik .” Ardi tetap teguh untuk berpisah dalam tanda kutip “pacaran”.
“Iya tapi kamu
tau rasanya harus meninggalkan orang
yang kita cinta?”. sahut vina yang masih ingin bertahan.
“Ingatkah 2
bulan pertemanan kita yang tak pernah ada cemburu dan sakit hati. Kita bermain
dan berdiskusi tanpa ada beban cemburu. Aku dengan siapa dan kamu dengan siapa.
Marilah kita bangun persahabatan kita lagi,
bukan hal yang salah jika kita
punya pacar dalam organisasi tapi lebih baik tak pacaran dulu jika kita belum
bisa membagi semuanya”.
“Iya ardi aku
mengerti”.
“Putus hanya dalam pacaran. Tetapi,
persahabatan kita tetaplah abadi. Kita sama-sama berproses untuk jadi orang
yang berguna dan membanggakan bukan hanya berkutat pada rasa
sakit hati karena cemburu. Jika jodoh aku akan mencintaimu sepenuh hati dan
bukan saat ini waktunya.”
“Iya aku
mengerti”. Hanya kata sederhana yang mampu
ku ucapkan karena ku tau apa yang diakatakan ardi itu sepenuhnya. Benar
aku hanya terlalu
terbawa perasaan dan terlalu cepat
memutuskan, tapi tak ada kata lain yang mampu ku ucapkan karena
hatiku terlalu perih.
--END--
*Cerpen telah dimuat di mading Rayon Humaniora PMII Fakultas Ilmu Sosial Dan Humaniora. penulis merupakan anggota korp Senopati program studi Ilmu Komunikasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar